Insiden Penyerangan Laser P-8A Poseidon US Navy, "Bagian Kedua": Akun Instagram US Navy Memperingatkan China Mengenai Insiden Laser di Pasifik.


"Angkatan Laut memposting foto yang menggambarkan pertunjukan laser di salah satu pangkalan terdepan Angkatan Bersenjata Tiongkok di Laut Cina Selatan (LCS), referensi tentang seberapa umum insiden ini juga ada di sana ...."

Akun Instagram resmi Angkatan Laut AS (US Navy) telah mengeluarkan sebuah peringatan "aneh" yang memberi tahu militer Tiongkok bahwa mereka tidak ingin "bermain laser tag" dengannya di masa depan. Ini terjadi sehari setelah muncul laporan bahwa kapal perusak (Destroyer) milik Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLAN) telah mengarahkan sinar laser pada pesawat patroli maritim Angkatan Laut P-8A Poseidon yang terbang di sekitar Laut Filipina awal bulan ini.

Angkatan Laut kini telah mengkonfirmasi bahwa insiden di Laut Cina Selatan (LCS) tersebut terjadi pada tanggal 17 Februari 2020, dan melibatkan P-8A dari Skuadron Patroli 45 (VP-45), yang berkantor pusat di Stasiun Udara Jacksonville atau, "Naval Air Station Jacksonville" di Florida. Pesawat khusus ini dikerahkan ke Okinawa, Jepang, dan terbang sekitar 380 mil ke barat Guam ketika bertemu kapal perang Tiongkok. Angkatan Laut (US Navy) tidak mengidentifikasi jenis kapal dalam siaran persnya, tetapi laporan lain mengatakan bahwa kemungkinan besar itu adalah kapal perusak "Hohhot", yang membawa nomor klasifikasi 161 dan merupakan tambahan terbaru untuk kelas Luyang III tipe 052D. US Navy mengatakan bahwa tidak ada yang terluka dalam insiden tersebut, tetapi pihaknya menilai untuk pesawat Poseidon kemungkinan mengalami kerusakan.

"#ICYMI ["In Case You Missed It (Seandainya Anda Lupa)"] Angkatan Laut Tiongkok baru-baru ini menunjukkan laser dengan cara yang tidak aman dan tidak profesional kepada P-8A #USNavy yang terbang di wilayah udara di atas perairan internasional," tambah postingan Instagram milik Angkatan Laut AS tersebut. "Tindakan-tindakan ini telah melanggar Kode untuk Pertemuan yang Tidak Direncanakan di Laut (Code for Unplanned Encounters at Sea "CUES"), kesepakatan multilateral yang dicapai pada Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat tahun 2014 untuk mengurangi kemungkinan terjadinya insiden di laut."

Gambar udara dari Pulau Woody, salah satu pos pulau terdepan milik Angkatan Bersenjata Tiongkok di Laut Cina Selatan (LCS), dengan kutipan "Sementara itu, di Laut Cina Selatan" dan sebuah inset yang menunjukkan apa yang tampak seperti pertunjukan lampu laser atau laser yang menyertai konser musik, menemani postingan media sosial tersebut. Gambar laser adalah wallpaper desktop komputer "rave" gratis yang tersedia situs penyedia wallpaper online.



Penting untuk diingat bahwa Angkatan Laut AS (US Navy) mengatakan bahwa sebuah kapal perusak telah "melaser" P-8A, bukan dengan sistem laser berbasis darat di salah satu pos pulau terdepan milik Tiongkok. Pulau Woody juga berjarak sekitar lebih dari 2.000 mil, dan melintasi Filipina, di sebelah barat Guam, menegaskan bahwa gambar ini tidak terkait langsung dengan kejadian aktual dengan cara apa pun.




Salah satu pesawat patroli maritim  P-8A Poseidon milik Skadron Patroli 45 (VP-45) di Thailand untuk berpartisipasi dalam Latihan Cobra Emas (Cobra Gold) pada 26 Februari 2020.

Bagian pertama dari postingan Instagram tersebut terdengar seperti sebuah "ancaman tersirat", tetapi tidak ada indikasi apa yang Angkatan Laut (US Navy) mungkin siap lakukan untuk menanggapi insiden laser di masa depan. Angkatan Bersenjata ini telah menambah penginstallan sistem senjata laser tersendiri, termasuk dazzler untuk membutakan atau membingungkan sensor musuh atau sistem pemandu optik lainnya, yang ada pada berbagai jenis kapal, yang dapat menyebabkan "tag laser" di masa depan.

Terlepas dari sifat alami mengenai postingan di media sosial, serangan ini berpotensi sangatlah serius. Angkatan Laut (US Navy) mengatakan bahwa laser yang digunakan dalam insiden baru-baru ini dengan P-8A di Laut Filipina bahkan tidak terlihat oleh mata telanjang dan hanya dapat dilihat melalui salah satu sensor  yang terdapat pada pesawat.

Tergantung seberapa besar kekuatan laser yang dipermasalahkan, hal tersebut dapat menyebabkan kebutaan sementara pada awak pesawat atau menyebabkan kerusakan mata permanen, serta menyebabkan kerusakan pada sensor optik. Bahkan kebutaan sementara atau kebutaan sebagian bisa sangat membingungkan dan berbahaya bagi sebagian besar pilot. Militer AS mengatakan laser China yang ditembakkan dari pos terdepan milik negara tersebut di negara Djibouti, Afrika Timur, melukai awak pesawat angkut C-130 Angkatan Udara AS (USAF) dalam insiden lain pada tahun 2018.

Seperti yang ditunjukkan oleh postingan Instagram, pertemuan dengan laser China juga menjadi hal yang sangat umum di wilayah Laut China Selatan (LCS) yang dimana wilayah tersebut telah diperebutkan oleh berbagai negara di pasifik, dan bukan hanya untuk militer A.S. Saja, Militer Australia juga melaporkan mendapat insiden serangan laser pada beberapa kesempatan tahun lalu. Pihak berwenang Australia mengatakan bahwa kapal penangkap ikan Tiongkok, kemungkinan kapal tersebut milik anggota milisi Maritim "kuasi-militer" di negara tersebut, yang juga dikenal sebagai "Manusia Biru Kecil" atau "Little Blue Men," dan bukan kapal perang seperti Hohhot yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.




Sebuah kapal perang milik Angkatan Laut Pembebasan Rakyat China (PLAN), Type 052D Luyang III class destroyer "Hohhot."

Kode untuk Pertemuan yang Tidak Direncanakan di Laut (Code for Unplanned Encounters at Sea) atau CUES, yang telah disepakati oleh 21 negara, termasuk China dan Amerika Serikat, secara tegas melarang kegiatan semacam ini. Sayangnya, undang-undang ini bukanlah perjanjian yang bersifat mengikat secara hukum dan tidak ada mekanisme penegakan keras mengenai kegiatan pelanggaran laut yang sudah tercantum dalam undang-undang tersebut. Pentagon dan Kementerian Pertahanan Tiongkok sebelumnya juga telah menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding "MoU") yang dimaksudkan untuk mencegah pertikaian semacam ini.

Sayangnya, Cina telah mengambil sikap yang semakin agresif ketika datang untuk menegaskan klaim teritorialnya yang luas atas Laut Cina Selatan, yang tidak diakui secara internasional, sejak CUES mulai diberlakukan pada tahun 2014. Selain laser, pesawat militer AS di wilayah tersebut akhirnya juga telah menerima berbagai serangan perang elektronik dan penyadapan agresif selama bertahun-tahun.

Pertemuan yang berpotensi berbahaya juga tidak terbatas pada pesawat terbang. Pada bulan September 2018, kapal perusak kelas Type 052C, "Luyang II Lanzhou", milik Angkatan Laut Pembebasan Rakyat China (PLAN), hampir bertabrakan dengan kapal perusak kelas Arleigh Burke, "USS Decatur", milik Angkatan Laut AS (US Navy) dalam sebuah insiden yang berbahaya di laut.

Insiden laser terbaru di Laut Filipina ini datang ketika Angkatan Laut terus melakukan apa yang disebut dengan Patroli Kebebasan Navigasi atau, "Freedom of Navigation Patrols (FONOPS)", yang dimana wilayah patrolinya dekat sekali dengan pos-pos terdepan pulau Cina di wilayah tersebut untuk "menantang" klaim teritorial Beijing. Kapal perang dan pesawat terbang Amerika juga telah melakukan misi serupa melalui Selat Taiwan yang semakin tegang.

Sementara itu, ketika Angkatan Laut AS (US Navy) mungkin sedang bosan "bermain-main" dengan rekan-rekan militer Tiongkok di wilayah tersebut, selama Amerika Serikat dan China terus saling menantang kehadirannya satu sama lain, agaknya "laser tag" semacam ini, atau permainan & hal-hal berbahaya lainnya diantara mereka, mungkin masih tetap akan dilanjutkan di masa yang akan mendatang.

Sumber:

The Drive The Warzone

Berlanjut ke "Bagian Ketiga"...

Tulisan sebelumnya bisa dilihat di, "Bagian Pertama"...

Comments

Popular posts from this blog

Para Ilmuwan Memberi "Kejutan Listrik Palsu" untuk Membantu Kita Bertahan dari Serangan EMP.

Niels Bohr & Project Manhattan

Kasus Stalking Ena Matsuoka Bagian 01: Bermula Dari Foto "Selfie", Hingga Dilecehkan Fans Garis Keras